Oleh Prof Dr Mardianto MPd
Anda tidak diajak untuk menciptakan rasa khusyu` tetapi kita akan memasuki dan menerima rasa khusyu` tersebut. Kita hanya mendapatkan, bukan menciptakan rasa khusyu`. (Sangkan, 2010:6).
Khusyu` adalah satu keadaan di mana seseorang mendapatkan pengalaman spiritual yang mendekati kesempurnaan dalam beribadah.
Betapa tidak, karena orang yang mendapatkan pengalaman khusyu` adalah mereka yang telah memperoleh kenikmatan ibadah, menjadikan dunia adalah bagian untuk mendapatkan, menjadikan akhirat adalah tujuan yang sangat dekat di hadapan.
Lantas timbul pertanyaan bagaimana kita dapat memperoleh pengalaman khusyu` tersebut, apakah dapat dipelajari, atau warisan atau mungkin hanya sekadar khayalan.
Khusyu` sebagai sebuah pengalaman, maka siapapun berhak mendapatkannya, jadi khusyu` bukan milik golongan tertentu, atau maqom tertentu, apalagi prerogatif seseorang.
Semua orang yang beribadah tidak ada yang lebih istimewa di hadapan Tuhan, apabila merasa diri mendapatkan jalan khusus maka itu bibit ketakaburan. Intinya semua orang sama di hadapan Tuhan siapapun mungkin saja mendapatkan pengalaman khusyu`.
Khusyu` tidak mesti pada tempat yang disediakan, apalagi dikhususkan arena khusyu`. Di mana saja kita dapat khusyu` selagi tempat itu adalah memenuhi syarat untuk beribadah, jadi tidak perlu jauh untuk mendapatkan pengalaman eksotis, apalagi mesti berjemaah dengan komunitas tertentu.
Memang pengalaman menuaikan ibadah haji harus jauh dari kita untuk ke tanah suci, tetapi saudara kita dapat saja khusyu` di rumahnya bahkan di balik tirai tempat tidur sekalipun.
Khusyu` dapat dilakukan sendiri, berdua, bersama atau berkomunitas. Bila kita mempelajari tentang ibadah dapat saja mencontoh, meneladani, atau bersama untuk saling mengoreksi atau mengingatkan agar lebih baik.
Jadi beribadah dengan pengalaman khusyu` bukan keberhasilan jemaah atau pelatihan yang populer sampai mengkhususkan waktu dan pembiayaan, bahkan ada yang mengorbankan dengan meninggalkan keluarga.
Khusyu` dapat dilakukan sendiri, bersama atau dengan siapa saja, intinya ia akan menjumpai Tuhan secara kesengajaan.
Pengalaman khusyu` adalah sesuatu yang tidak ada akhirnya untuk dipelajari, dan ia adalah warisan kebaikan dalam beribadah dari pendahulu kita, boleh saja dikhayalkan sebagai langkah awal untuk segera mewujudkan dalam kenyataan.
Di sinilah pendidik inspiratif menyadari bahwa bila khusyu` dalam beribadah ia akan menjadi bagian penting untuk dirinya, keluarga, seluruh muridnya demi Tuhan yang ia cintai.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.