Dalam rangka mengoptimalkan resiliensi akademik mahasiswa, direkomendasikan untuk memperluas implementasi konseling restrukturisasi kognitif dalam lingkungan universitas. Fokus perlu diberikan pada penerapan teknik restrukturisasi kognitif yang sesuai untuk membantu mahasiswa mengembangkan resiliensi akademik mereka. Selain itu, diperlukan upaya dalam memberikan dukungan psikologis yang lebih luas dan pendekatan yang lebih holistik dalam meningkatkan kesiapan mahasiswa menghadapi perubahan dalam pendidikan tinggi, terutama dalam situasi yang tidak terduga. Program-program konseling dan dukungan psikologis juga perlu ditingkatkan untuk membantu mahasiswa menghadapi tantangan akademik dan mengoptimalkan potensi mereka dalam mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. (Yenti, 2023).
Hari ini kita dihadapkan dengan satu situasi yang sangat kompleks, baik dari sisi ekonomi, politik, sosial, terlebih pendidikan. Pendidikan selalu menjadikan masa lalu sabagai materi sejarah untuk direfleksi agar dimaknai, yang baik untuk diteruskan, yang tidak baik agar ditinggalkan.
Tetapi juga pendidikan selalu menjadikan masa depan sebagai pertimbangan untuk mempersiapkan generasi, apa yang harus dipersiapkan, mental apa yang harus dibekali, serta kompetensi apa yang harus dijadikan standar keberhasilan.
Jadi jelas pendidikan juga mengalami masalah atau ada dalam kompleksitas pada situasi yang sedang terjadi.Kita tidak dapat mengarungi dunia masa depan sendiri, banyak para futurolog mencoba memberikan gambaran, sampai pada rekayasa untuk mencapainya.
Sebagian mereka menggunakan data, dan fakta masa lalu atau sejarah untuk dijadikan pertimbangan membuat rekayasa masa depan, tetapi bukan tidak banyak data dan fakta sepertinya diukur dengan kesengajaan agar sesuai dengan ambisi tentang masa depan yang dicari.
Untuk ini, futurolog kadang terkesan menjadi mengamat, menjadi pemimpi besar, bahkan peramal berbasis riset ilmiah, anehnya justru laku di media dan menjadi populer.
Generasi kita bukan disiapkan untuk menjadi penikmat terhadap mimpi-mimpi masa depan. Peneliti bernama Yenti memberi peringatan keras, bahwa meningkatkan kesiapan mahasiswa menghadapi perubahan dalam pendidikan tinggi, terutama dalam situasi yang tidak terduga.
Masa depan tetap penuh misteri, maka tidak ada satu orangpun yang mempunyai alat ukur untuk melihatnya secara tepat. Tetapi yang pasti adalah kita akan bergerak ke sana, maka persiapan dalam kondisi apapun itulah jawabannya.
Bila kita ingin memiliki kesiapan yang baik, maka menurut Yenti sekali lagi diperlukan program-program konseling dan dukungan psikologis untuk ditingkatkan guna membantu mahasiswa menghadapi tantangan akademik dan mengoptimalkan potensi mereka dalam mencapai keberhasilan.
Rumah paling efektif mempersiapkan masa depan tidak lain adalah sekolah dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Intinya adalah bila kita mampu mengembangkan pendidikan secara kreatif maka kita sudah mempersiapkan generasi mada depan yang lebih siap untuk segala tantangan.
Kreativitas dimaksud adalah keahlian pendidik, pengelola untuk menjadikan berbagai keadaan hari ini agar dipahami sebagai sebuah tantangan dan siap menyelesaikannya. Keahlian-keahlian seperti start up, content creator, teknologi metaperse diimbangi dengan mental berjuang adalah standar minimal.
Sekolah seperti perguruan tinggi atau kampus, haruslah membuka diri untuk kegiatan kreativitas mahasiswa dalam mempersiapkan diri menghadapi masa depan.
Program bimbingan dan konseling harus dipahami bukan sekadar menyelesaikan masalah kehidupan remaja, lebih dari itu memberi ruang untuk berkreasi sehingga mental keluar dari kebiasaan akan lahir di era ini.
Berbagai program patut ditawarkan, tetapi pertimbangan terhadap kebutuhan remaja itu harus menjadi penting, di sinilah kreativitas muncul sebagai solusi, kita setuju dengan thesa yang dibangun oleh Yenti Arsini ketika menutup disertasi sebagai sebuah karya ilmiah berbasis riset kampus.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.